Catatan Perjalanan

Lepas Tukik, Selamatkan Ekosistem

Melepas Tukik

Biasanya, di area Banyuwangi, bulan Juli sampai September merupakan musim bagi penyu untuk bertelur. Maka, salah satu akhir pekan di bulan September lalu dijadikan momen oleh Dive Wonderful Indonesia untuk mengajak penyelam, tidak hanya menikmati keindahan bawah laut ujung timur pulau Jawa, tetapi juga melepas tukik (bayi penyu) di tepian pantai Ketapang Indah Hotel.

Selain menjadi operator selam, Dive Wonderful Indonesia bekerja sama dengan Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) dan Ketapang Indah Hotel membuat program pelepasan tukik.

Diprakarsai oleh Wiyanto Haditanodjo, awalnya BSTF menyiapkan lahan di area Pantai Boom untuk telur-telur penyu agak lebih aman dan menanti proses menetas dan esoknya dilepas ke laut. Dengan perkembangan teknologi, kini Wiyanto menggunakan ruangan inkubasi khusus bagi telur-telur penyu ini. Tidak lagi menggunakan media pasir. Bahkan, dengan inkubasi ini, ia bisa mengatur jenis kelamin penyu, hanya jantan saja. Lho?! Iya, ternyata untuk bisa bertelur, satu betina membutuhkan empat penyu jantan. Maka dari itu Wiyanto mengupayakan pelestarian penyu dengan memperbanyak penyu jantan.

Musim bertelur di Banyuwangi pun bergeser. Dulu pada 2019 mulai bulan Februari, lalu tahun berikutnya bulan April. Kini, bulan Juli sampai September. Maka, liburan panjang akhir pekan lalu memang pas sekali bagi Dive Wonderful Indonesia untuk mengajak penyelam sekaligus tamu hotel Ketapang Indah menikmati momen istimewa ini. Pelepasan penyu bisa dilakukan di pagi atau sore hari.

Momen bahagia adalah ketika kita bisa menyentuh tubuh tukik sebelum berlarian ke ke arah laut. Namun, sebenarnya, selepas keluar dari cangkangnya, tubuh tukik masih berlapiskan lendir alami, yang merupakan perlindungan baginya dari bakteri, sehingga memang sebaiknya kita tidak menyentuhnya.

Tim BSTF telah menyiapkan puluhan tukik yang telah menetas hari itu dalam kotak besar. Di pantai halaman belakang Ketapang Indah Hotel telah dipasang benang dengan bendera warna-warni sebagai batas penanda garis start para tukik nantinya berjalan ke arah lautan. Beberapa ember kecil disiapkan untuk diisi masing-masing dua atau tiga tukik.

Para penyelam dan tamu hotel melepaskan tukik dengan cara menuangkan ember-ember kecil itu langsung ke pasir, tanpa menyentuh tubuhnya. Tukik-tukik itu tampak begitu aktif, tidak ada yang diam. Semua langsung berjalan. Kalaupun setelah dituang ke pasir, kepalanya menghadap ke daratan, secara otomatis dia akan putar badan dan perlahan berlarian menuju laut. Sepertinya ada sensor tersendiri seolah aroma laut telah memanggilnya.

Dari beberapa tukik yang sudah berlarian dan terbawa air laut, ada yang lincah langsung berenang. Ada pula yang masih terdiam menyesuaikan diri. Ini yang rawan dimangsa memang. Meski satu penyu bertelur puluhan atau ratusan telur, tetapi tidak semuanya akan mampu bertahan hidup. Maka sebelum pelepasan, rombongan sempat berdoa supaya mereka aman sampai di lautan dan tubuh berkembang, sebagai penyeimbang ekosistem laut kita.

Momen bahagia penyelam tidak hanya saat melihat pemandangan indah di bawah laut sana. Melepas tukik juga menjadi momen tak terlupakan, di mana setiap langkah kecil mereka menjadi simbol harapan. Bagi para penyelam, ini bukan sekadar aktivitas, tapi sebuah tanggung jawab mulia untuk melestarikan alam dan menjaga keberlangsungan kehidupan laut.

Exit mobile version